Banyaknya asumsi yang terdapat pada mahasiswa terhadap besarnya kemungkinan resiko yang akan terjadi bila membuka suatu usaha adalah salah satu hal dari sekian banyak alasan mengapa kebanyakan dari mereka lebih memilih “mencari aman” dengan mencari pekerjaan di perusahaan swasta atau negri. Selain itu adanya keterbatasan jaringan atau relasi menjadi faktor penghambat untuk berani berwirausaha.
Karena itu mahasiswa/i yang telah berkesempatan merasakan bangku kuliah seharusnya menjadikan hal itu sebagai kesempatan untuk membina relasi sebanyak-banyaknya, karena memang, luasnya jaringan/relasi merupakan unsur penting untuk membuka suatu usaha setelah 3 unsur utama, yaitu:(skill) keahlian, (knowledge) pengetahuan, dan (attitude) sikap yang baik yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur.
Sudah tiba waktunya untuk merubah paradigma para mahasiswa yang tadinya bermental pekerja menjadi bermental pengusaha.Karena itu harus mempunyai prinsip bahwa “Saya TIDAK AKAN BEKERJA setelah lulus dari perguruan tinggi, tetapi Saya akan MEMBUKA PEKERJAAN UNTUK ORANG LAIN”. Bila prinsip ini dimiliki oleh seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia, maka kita semua yakin bahwa kita akan dapat bangkit dari keterpurukan ekonomi yang sedang melanda negri ini. Karena sebab itulah diperlukan juga perubahan paradigma untuk kalangan dosen dan orang tua. Mereka para dosen dan orang tua harus dapat mendukung dan ikut andil dalam mewujudkan anak didiknya yang akan terjun ke dunia usaha.
Para ahli menunjukan bahwa untuk dapat mewujudkan Negara yang maju, seharusnya jumlah wirausahawan mencapai 2 persen. Tetapi dari sekitar 235 juta penduduk yang ada saat ini, jumlah wirausahawan di Indonesia tidak lebih dari 0,05 persen dari jumlah penduduk. Karena itu kita memerlukan calon-calon lulusan Perguruan Tinggi yang BERANI berorientasi pada bidang Wirausaha yang mandiri, agar dapat bersama-sama menekan jumlah angka pengangguran di negeri ini.
Kuncinya cuma SATU, yaitu BERANI MELANGKAH! Karena kita tidak akan sampai berhasil menaiki tangga sampai puncak sebelum kita melangkah dari tangga yang paling awal. Dan yakinlah pada diri sendiri karena motivasi terbesar ada pada diri masing-masing.
Tentunya dengan membuka usaha sendiri, kita dapat memperoleh banyak keuntungan ,salah satunya adalah keleluasaan dalam hal waktu. Waktu adalah prioritas utama dalam menjalani hidup kita, jangan sampai kita banyak menunda-nunda waktu untuk hal yang sama sekali tidak bermanfaat dan menjadikan kita termasuk dalam ayat:
“Demi Masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka).” (QS Al-Ashr 103:1-2).
Dengan membuka usaha sendiri, kita dapat mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat seperti, beribadah, bersilaturahmi kekeluarga, mendatangi kajian-kajian ilmu syar’i dan membina rumah tangga dengan baik, sehingga tidak akan lagi terdengar istilah anak(broken home) karena disebabkan oleh kesibukan orangtuanya yang sibuk kerja di luar rumah. Dan kita dapat dengan leluasa mendidik anak keturunan kita menjadi calon penerus bangsa yang berkualitas.
Dengan melakukan semua itu, kita akan menjadi orang yang berhasil di kehidupan Dunia dan Kehidupan Akhirat, sehingga kita termasuk orang-orang yang beruntung seperti pada kelanjutan surat Al Ashr ayat 3 yaitu:
“kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.”
Karena itu, pengusaha yang baik akan melakukan usaha perdagangan dengan berlandaskan 2 pedoman umat muslim, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena itu diangkatlah salah satu surat dari kitab suci Al-Qur’an yaitu Surat Al-Ashr yang tadi sudah disebutkan, karena surat tersebut mempunyai kedudukan yang penting bagi kita. Al Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) sebagai pedoman dan petunjuk ke jalan yang lurus bagi umat manusia. Allah Ta’ala berfirman (artinya):
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (Al Israa’: 9)
Sehingga semua ayat-ayat Al Qur’an memiliki kedudukan dan fungsi yang agung.
Demikian pula pada surat Al ‘Ashr, terkandung di dalamnya makna-makna yang amat berharga bagi siapa saja yang mentadabburinya (memahaminya dengan seksama).
Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i menegaskan tentang kedudukan surat Al ‘Ashr, beliau berkata:
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسِعَتْهُمْ
“Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al ‘Ashr)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa perkataan Al Imam Asy Syafi’i itu adalah tepat karena Allah Ta’ala telah mengkhabarkan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi (celaka) kecuali barang siapa yang mu’min (beriman) lagi shalih (beramal shalih) dan ketika bersama dengan yang lainnya saling berwasiat kepada jalan yang haq dan saling berwasiat di atas kesabaran. (Lihat Majmu’ Fatawa, 28/152)
Al Imam Ath Thabrani menyebutkan dari Ubaidillah bin Hafsh , ia berkata: “Jika dua shahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam bertemu maka keduanya tidak akan berpisah kecuali setelah salah satu darinya membacakan kepada yang lainnya surat Al ‘Ashr hingga selesai, kemudian memberikan salam.” (Al Mu’jamu Al Ausath no: 5097, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 2648)
MUTIARA HADITS
Dari al-Miqdad bin Ma'dikariba radiallahu'anhum. dari Nabi shallallahu'alaihiwasalam, sabdanya: "Tidaklah seseorang itu makan sesuatu makanan, sekalipun sedikit, yang lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil USAHA TANGANNYA SENDIRI dan sesungguhnya Nabiyullah Dawud 'alaihis-salam itu juga makan dari hasil USAHA TANGANNYA SENDIRI." (Riwayat Bukhari)
GERRY REYNALDI
Mahasiswa STMIK LPKIA Bandung
Jurusan Sistem informasi
Karena itu mahasiswa/i yang telah berkesempatan merasakan bangku kuliah seharusnya menjadikan hal itu sebagai kesempatan untuk membina relasi sebanyak-banyaknya, karena memang, luasnya jaringan/relasi merupakan unsur penting untuk membuka suatu usaha setelah 3 unsur utama, yaitu:(skill) keahlian, (knowledge) pengetahuan, dan (attitude) sikap yang baik yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur.
Sudah tiba waktunya untuk merubah paradigma para mahasiswa yang tadinya bermental pekerja menjadi bermental pengusaha.Karena itu harus mempunyai prinsip bahwa “Saya TIDAK AKAN BEKERJA setelah lulus dari perguruan tinggi, tetapi Saya akan MEMBUKA PEKERJAAN UNTUK ORANG LAIN”. Bila prinsip ini dimiliki oleh seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia, maka kita semua yakin bahwa kita akan dapat bangkit dari keterpurukan ekonomi yang sedang melanda negri ini. Karena sebab itulah diperlukan juga perubahan paradigma untuk kalangan dosen dan orang tua. Mereka para dosen dan orang tua harus dapat mendukung dan ikut andil dalam mewujudkan anak didiknya yang akan terjun ke dunia usaha.
Para ahli menunjukan bahwa untuk dapat mewujudkan Negara yang maju, seharusnya jumlah wirausahawan mencapai 2 persen. Tetapi dari sekitar 235 juta penduduk yang ada saat ini, jumlah wirausahawan di Indonesia tidak lebih dari 0,05 persen dari jumlah penduduk. Karena itu kita memerlukan calon-calon lulusan Perguruan Tinggi yang BERANI berorientasi pada bidang Wirausaha yang mandiri, agar dapat bersama-sama menekan jumlah angka pengangguran di negeri ini.
Kuncinya cuma SATU, yaitu BERANI MELANGKAH! Karena kita tidak akan sampai berhasil menaiki tangga sampai puncak sebelum kita melangkah dari tangga yang paling awal. Dan yakinlah pada diri sendiri karena motivasi terbesar ada pada diri masing-masing.
Tentunya dengan membuka usaha sendiri, kita dapat memperoleh banyak keuntungan ,salah satunya adalah keleluasaan dalam hal waktu. Waktu adalah prioritas utama dalam menjalani hidup kita, jangan sampai kita banyak menunda-nunda waktu untuk hal yang sama sekali tidak bermanfaat dan menjadikan kita termasuk dalam ayat:
“Demi Masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka).” (QS Al-Ashr 103:1-2).
Dengan membuka usaha sendiri, kita dapat mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat seperti, beribadah, bersilaturahmi kekeluarga, mendatangi kajian-kajian ilmu syar’i dan membina rumah tangga dengan baik, sehingga tidak akan lagi terdengar istilah anak(broken home) karena disebabkan oleh kesibukan orangtuanya yang sibuk kerja di luar rumah. Dan kita dapat dengan leluasa mendidik anak keturunan kita menjadi calon penerus bangsa yang berkualitas.
Dengan melakukan semua itu, kita akan menjadi orang yang berhasil di kehidupan Dunia dan Kehidupan Akhirat, sehingga kita termasuk orang-orang yang beruntung seperti pada kelanjutan surat Al Ashr ayat 3 yaitu:
“kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.”
Karena itu, pengusaha yang baik akan melakukan usaha perdagangan dengan berlandaskan 2 pedoman umat muslim, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena itu diangkatlah salah satu surat dari kitab suci Al-Qur’an yaitu Surat Al-Ashr yang tadi sudah disebutkan, karena surat tersebut mempunyai kedudukan yang penting bagi kita. Al Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) sebagai pedoman dan petunjuk ke jalan yang lurus bagi umat manusia. Allah Ta’ala berfirman (artinya):
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (Al Israa’: 9)
Sehingga semua ayat-ayat Al Qur’an memiliki kedudukan dan fungsi yang agung.
Demikian pula pada surat Al ‘Ashr, terkandung di dalamnya makna-makna yang amat berharga bagi siapa saja yang mentadabburinya (memahaminya dengan seksama).
Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i menegaskan tentang kedudukan surat Al ‘Ashr, beliau berkata:
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسِعَتْهُمْ
“Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al ‘Ashr)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa perkataan Al Imam Asy Syafi’i itu adalah tepat karena Allah Ta’ala telah mengkhabarkan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi (celaka) kecuali barang siapa yang mu’min (beriman) lagi shalih (beramal shalih) dan ketika bersama dengan yang lainnya saling berwasiat kepada jalan yang haq dan saling berwasiat di atas kesabaran. (Lihat Majmu’ Fatawa, 28/152)
Al Imam Ath Thabrani menyebutkan dari Ubaidillah bin Hafsh , ia berkata: “Jika dua shahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam bertemu maka keduanya tidak akan berpisah kecuali setelah salah satu darinya membacakan kepada yang lainnya surat Al ‘Ashr hingga selesai, kemudian memberikan salam.” (Al Mu’jamu Al Ausath no: 5097, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 2648)
MUTIARA HADITS
Dari al-Miqdad bin Ma'dikariba radiallahu'anhum. dari Nabi shallallahu'alaihiwasalam, sabdanya: "Tidaklah seseorang itu makan sesuatu makanan, sekalipun sedikit, yang lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil USAHA TANGANNYA SENDIRI dan sesungguhnya Nabiyullah Dawud 'alaihis-salam itu juga makan dari hasil USAHA TANGANNYA SENDIRI." (Riwayat Bukhari)
GERRY REYNALDI
Mahasiswa STMIK LPKIA Bandung
Jurusan Sistem informasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar