Oleh: Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah
Sungguh Allah telah memberikan nikmat kepada kita semua wahai kaum muslimin, dengan kenikmatan yang sangat banyak dan kebaikan yang berlimpah. Kenikmatan terpenting dan terbesar adalah nikmat Islam. Itu adalah nikmat besar yang tidak sesuatu pun yang menyamainya. Barangsiapa yang memahaminya, mensyukurinya, dan istiqamah di atasnya, baik dalam ucapan maupun amalan, maka sungguh ia telah sukses meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Jika kalian menghitung nikmat Allah, kalian tidak akan dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Ibrahim : 34)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka datangnya dari Allah-lah, dan bila kalian ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kalian meminta pertolongan. (An-Nahl : 53)
Maka wajib atas semua pihak untuk mensyukuri berbagai kenikmatan tersebut dan hati-hati jangan sampai mengkufurinya. Allah berfirman ketika menyebutkan kenikmatan-kenikmatan-Nya kepada para hamba-Nya :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kalian bersyukur. (An-Nahl : 78)
Maka syukur kepada Allah atas segala kenikmatan-Nya baik secara global maupun rinci merupakan pengikat kenikmatan tersebut dan cara agar kenikmatan tersebut langgeng, sekaligus sebagai sebab bertambahnya kenikmatannya tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb kalian memaklumkan; “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim : 7)
Allah juga berfirman :
بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِين
“Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu beribadah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Az-Zumar : 66)
Allah juga berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُون
Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku. (Al-Baqarah : 152)
Allah Ta’ala juga berfirman :
اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Bekerjalah Wahai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur. (Saba’ 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewasiatkan kepada shahabatnya Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu untuk berdo’a dengan doa berikut pada penghujung shalat (sebelum salam) :
اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
Ya Allah tolonglah aku untuk bisa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu. (HR An-Nasa`i dan Abu Dawud)
Dengan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan-Nya dan menggunakan kenikmatan tersebut dalam hal-hal yang Dia ridhai maka semua urusan yang menjadi baik dan kejelekan akan terminimalisir.
Sesungguhnya di antara seindah-indah perhiasan yang para nabi dan rasul Allah berhias dengannya, demikian juga para pengikut mereka, adalah kemampuan mereka untuk mensyukuri nikmat dan mereka memohon kepada-Nya taufiq untuk bisa bersyukur. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi-Nya Sulaiman ‘alahish shalatu was salam :
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Ya Rabbi berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai; serta masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih”. (An-Naml : 19)
Allah juga berfirman memuji Nabi-Na Nuh ‘alahish shalatu was salam
إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا
Sesungguhnya dia adalah hamba yang sangat bersyukur. (Al-Isra` 3)
Di antara tanda-tanda syukur nikmat adalah menggunakan kenikmatan tersebut untuk ketaatan kepada Allah, dan tidak menjadikannya sebagai sarana untuk berbuat kemaksiatan kepada-Nya. Demikian juga tanda syukur adalah menyebut-nyebut kenikmatan tersebut dalam konteks pengakuan akan nikmat tersebut dan pujian kepada Allah, bukan dalam rangka menyombongkan atau membanggakan diri di hadapan orang yang tidak mendapatkan kenikmatan tersebut, bukan pula karena riya dan sum’ah.
Sebaliknya, kufur nikmat dan tidak mau mensyukurinya merupakan bentuk pengingkaran terhadap Allah, menentang keutamaan Dzat Pemberi nikmat, dan merupakan salah satu dari sebab-sebab hilangnya kenikmatan tersebut. Sekaligus itu merupakan kezhaliman terhadap diri sendiri yang pantas dikenakan padanya hukuman yang paling jelek. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا * وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams : 9-10)
Yakni mengotorinya dengan perbuatan-perbuatan maksiat. Dengan ketaqwaan kepada Allah dan ketaatan terhadap-Nya dalam bentuk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya akan menghasilkan berbagai kebaikan dan tertolaklah segala kejelekan dan keburukan, di samping kekalnya nikmat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A’raf : 96)
Allah juga berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِم
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Di antara hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dia menguji hamba-hamba-Nya. Terkadang Allah menguji mereka dengan kebaikan dan terkadang pula Allah uji mereka dengan kejelekan. Adapun orang-orang yang beriman, maka itu semakin menambah keimanan mereka, kebergantungan mereka kepada Allah, dan berlindungnya mereka kepada-Nya. Mereka bersabar atas taqdir Allah dan ketentuan-Nya, sehingga dengan demikian semakin dilipatgandakan pahala mereka. Di sisi lain semakin menambah rasa takut mereka dari akibat buruk dosa-dosa, sehingga mereka pun berhenti dari melakukannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ *
Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali) . Mereka itulah orang-orang yang mendapat shalawat dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(Al-Baqarah : 155-157)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk jannah, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sampai-sampai berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah : 214)
Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk jannah, padahal belum nyata bagi Allah mana orang-orang yang berjihad di antara kalian dan mana orang-orang yang sabar. (Ali ‘Imran : 142)
Allah berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ *
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-‘Ankabut : 2-3)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِين
Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-‘Ankabut : 11)
Allah berfirman :
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (Al-Anbiya` : 35)
Pada ayat-ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa pasti Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya, sebagaimana telah Allah lakukan kepada umat-umat sebelumnya. Apabila mereka bersabar atas berbagai cobaan tersebut, mau bertaubat dan kembali kepada Allah ketika menghadapi berbagai musibah, maka ketika itu Allah berikan kepada mereka pahala, keridhaan-Nya dan ampunan-Nya, serta menjadikannya tinggal di Jannah-Nya dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik dari apa yang telah hilang dari mereka.
Segala yang terjadi di alam ini, yang menggoncangkan jiwa dan badan, seperti petir, anggin kencang, hal-hal yang menghancurkan tanaman dan keturunan, gempa bumi yang menyebabkan runtuhnya bangunan-bangunan tinggi, pohon-pohon besar, yang menyebabkan korban jiwa, kerugian harta, gunung meletus yang terjadi di beberapa tempat sehingga menyebabkan hancur dan binasanya segala yang ada di sekitarnya, demikian juga kejadian gerhana Matahari dan gerhana Bulan, serta berbagai musibah lainnya, itu semua merupakan peringatan dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya agar jangan terus berada dalam penyimpangan, di samping ajakan untuk kembali kepada-Nya. Di samping itu merupakan ujian sejauh mana kesabaran mereka dalam menghadapi ketentuan dan taqdir Allah. Ketahuilah sesungguhnya adzab di akhirat jauh lebih besar, dan perintah Allah jauh lebih agung.
Ketika kaum Quraisy mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah memberitakan kepada Nabi-Nya bahwa Dia telah membinasakan umat-umat yang mendustakan para nabi dan rasul sebelum beliau dalam firman-Nya :
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ
Berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang lebih besar kekuatannya daripada mereka. Kaum yang telah dibinasakan itu pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)? (Qaf : 36)
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qaf : 37)
Maka wajib atas kaum mukminin semuanya untuk takut kepada Allah dan senantiasa merasa diawasi oleh-Nya dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Apabila terjadi musibah menimpa mereka, maka hendaknya mereka segera bertaubat kepada Allah dan rujuk kepada-Nya. Diiringi dengan koreksi diri sendiri, mencari sebab-sebab terjadinya (bencana/musibah). Karena Allah berfirman :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِير
dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian). (Asy-Syura : 30)
Wajib atas kaum muslimin untuk bertaubat kepada Allah atas apa yang telah mereka lakukan, yaitu kurang dalam ketaatan dan berbuat berbagai kemaksiatan. Karena taubat itu merupakan salah satu sebab terangkatnya musibah. Di samping mereka wajib bersabar dan mengharap pahala dari musibah yang telah menimpa mereka. Allah berfirman :
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ *
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali). Mereka itulah orang-orang yang mendapat shalawat dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(Al-Baqarah : 155-157)
Allah berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali terjadi dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(At-Taghabun :11)
Makna ayat tersebut, bahwa barangsiapa yang ditimpa musibah dia menyadari bahwa itu merupakan ketentuan dan taqdir Allah ‘Azza wa Jalla, sehingga ia pun bersabar, mengharap pahala, dan tunduk terhadap ketentuan Allah, dia menyadari bahwa apa yang ditaqdirkan menimpa dirinya maka dia tidak akan bisa terhindar darinya, dan apa yang ditaqdirkan tidak menimpa dirinya maka itu tidak akan menimpanya, dan ia beriman bahwa Allah pasti akan mengganti untuknya apa yang telah hilang darinya di dunia, maka orang seperti ini akan Allah beri hidayah keyakinan dan kejujuran pada hatinya. Terkadang Allah akan ganti apa yang telah hilang darinya atau Allah beri yang lebih baik darinya.
Allah berfirman :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ * لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya jangan jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Al-Hadid : 22-23)
Sesungguhnya kenyataan yang ada pada kaum muslimin pada hari ini, menunjukkan bahwa mereka sangat kurang dalam menunaikan hak Allah dan melaksanakan kewajiban mentaati Allah dan bertaqwa kepada-Nya.
Orang yang merenungkan akan bisa mendengar dan melihat betapa banyak bencana yang menimpa suatu umat atau masyarakat, terkadang musibah dalam bentuk kematian, angin topan, gempa bumi, kelaparan, atau terkadang dalam bentuk pertempuran yang tak kunjung selesai, yang menelan seluruh yang basah atau pun yang kering. Sebagaimana Allah jelaskan dalam kitab-Nya yang mulia beberapa jenis bencana dan adzab yang Allah turunkan terhadap para penentang dan orang-orang yang menyimpang dari jalan yang lurus dari kalangan umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul, agar manusia tersadar dan waspada dari perbuatan seperti mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُون
Masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al-‘Ankabut : 40)
Sesungguhkan kemaksiatan dan dosa itu memiliki pengaruh jelek yang berbahaya bagi hati, badan, dan masyarakat, serta menyebabkan datangnya kemurkaan Allah dan hukuman-Nya di dunia maupun di akhirat, yang tidak diketahui rinciannya kecuali oleh Allah sendiri. Kemaksiatan dan dosa tersebut menimbulkan sejumlah kerusakan di muka bumi, baik di laut maupun udara, baik terhadap buah-buahan maupun pemukiman.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum : 41)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (Al-A’raf : 130)
Sesungguhnya berbagai bencana yang terjadi ini merupakan nasehat dan pelajaran. Orang yang berbahagia adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari yang lainnya. Kesimpulannya, sesungguhnya berbagai kejelekan dan adzab yang menimpa para hamba di dunia maupun di akhrat sebabnya adalah dosa dan kemaksiatan. Di antara tanda keras dan tertutupnya hati – kita berlindung kepada Allah darinya – adalah ketika manusia mendengar berbagai peringatan dari ayat-ayat (Al-Qur`an) dan peringatan dari berbagai pelajaran dan nasehat – yang dengannya gunung pun akan menjadi khusyu’ kalau seandainya gunung tersebut berakal – namun ternyata mereka malah terus di atas penyimpangan dan kemaksiatannya, terlena dengan tidak segera datangnya adzab dari Rabb mereka, terus mengikuti hawa nafsu dan memperturutkan syahwatnya, tidak takut dan terhadap ancaman, tidak peduli terhadap peringatan.
Allah berfirman :
وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ * يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ *
kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya namun dia tetap menyombongkan diri seakan-akan tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (Al-Jatsiyyah : 7-8)
Demikian pula, terus menerus di atas kemaksiatan padahal telah terjadi berbagai bencana dan adzab menunjukkan akan kelemahan iman atau bahkan ketiadaan iman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ * وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti atas mereka keputusan Raabmu, maka mereka tidak akan akan beriman. Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka benar-benar menyaksikan sendiri azab yang pedih. (Yunus : 96-97)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan keberadaan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (Yunus : 101)
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ * كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ * ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ * ثُمَّ يُقَالُ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari Rabb mereka. Kemudian, Sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka): “Inilah azab yang dahulu selalu kalian dustakan”. . (Al-Muthaffifin : 14)
Wahai saudara-saudaraku di Jalan Allah.
Beberapa hari lalu telah terjadi peristiwa besar, di dalamnya terdapat nasehat dan pelajaran bagi barangsiapa yang mau mengambil pelajaran. Termasuk kewajiban kaum mukminin adalah mereka mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi. Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang berakal (Al-Hasyr : 2)
Akibat peristiwa tersebut banyaknya korban jiwa dan harta, hilangnya barang-barang yang dimiliki, hancurnya rumah-rumah, banyak korban luka-luka, hilang anggota keluarga, hilang harta mereka, tempat tinggal mereka, anak-anak mereka, dan istri-istri mereka. Banyak wanita menjadi janda, banyak anak menjadi yatim, itu semua terjadi hanya dalam tempo yang sangat singkat. Menunjukkan akan keagungan dan kekuasan Allah. Sedangkan hamba/manusia, seberapapun kuatnya mereka di muka bumi ini memiliki kekuasaan, kekuatan, dan kebesaran namun mereka adalah lemah di hadapan Kekuasaan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Maka wajib atas segenap kaum muslimin untuk : mengambil pelajaran dari bencana yang terjadi, bertaubat dan rujuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menjauhi sebab-sebab kemurkaan Allah dan sebab-sebab datangnya bencana Dan wajib pula kita mendoakan korban yang telah tewas agar mendapat ampunan dan rahmat, serta mendoakan yang masih hidup agar mereka diberi ketenangan dan kesabaran yang baik. Dan semoga Allah menjadi musibah ini sebagai penghapus dosa-dosa mereka, mengangkat derajat mereka, dan menyadarkan hati yang lalai baik kita maupun mereka.
Sebagaimana mana wajib pula atas kita untuk berbela sungkawa dalam bentuk memberikan bantuan kepada mereka dan menampakkan belas kasih terhadap mereka dalam bentuk memberikan apa yang bisa bermanfaat buat mereka dari harta kita sebagai sumbangan dan shadaqah untuk mereka, dengan harapan bisa menutupi kesusahan mereka dan meringankan beban penderitaan yang mereka alami. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk diri kalian sendiri niscaya kalian akan memperoleh balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (Al-Muzzammil : 20)
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِين
Dan barang apa saja yang kalian infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (Saba’ : 39)
وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al-Baqarah : 195)
Rasulullan shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب يوم القيامة، ومن يسر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة، ومن ستر مسلما ستره الله في الدنيا والآخرة، والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه »
Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan seorang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba selama sang hamba tersebut menolong saudaranya. HR. Muslim 4867
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته »
Barangsiapa yang yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. HR. Al-Bukhari 2262, Muslim 4677.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا وشبك بين أصابعه »
Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti sebuah bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Kemudian Rasulullah menyilangkan jari-jemarinya. HR. Al-Bukhari 459.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
« مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى »
Perumpamaan kaum mukminin dalam kasih sayang, sikap rahmah, dan sikap lembut antar mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh mengeluh kesakitan, maka seluruh badannya akan tidak bisa tidak dan merasakan sakit. HR. Al-Bukhari 5552, Muslim 4685.
Wajib atas kita untuk berlomba mengulurkan bantuan terhadap saudara-saudara kita dan mengerahkan apa yang kita mampu. Agar terwujud makna ukhuwwah islamiyyah yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits-hadits shahih, dan agar kita memperoleh pahala besar yang Allah janjikan untuk orang-orang yang berinfak dan para dermawan.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada kaum muslimin secara umum dan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah secara khusus agar bisa bersabar dan mengharap pahala. Semoga Allah melipatgandakan pahala untuk kita dan mereka. Semoga Allah menurukan kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah ketenangan, ketentraman, dan kesabaran yang baik, dan memberikan nikmat kepada semua berupa taubat nashuha, istiqamah di atas kebenaran, dan waspad dari sebab-sebab yang mendatangkan kemurkaan dan hukuman-Nya. Sesunggunya Allah pemilik itu semua dan mampu mewujudkannya.
(diterjemahkan dengan sedikit perubahan oleh Abu ‘Amr Ahmad, dari nasehat Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah yang beliau sampaikan terkait bencana yang terjadi di Yaman pada tahun 1402 H / 1982 M)
http://bimbinganislami.wordpress.com/2009/10/20/renungan-dan-nasehat-dari-gempa-yang-menimpa/#more-126
Jika kalian menghitung nikmat Allah, kalian tidak akan dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Ibrahim : 34)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka datangnya dari Allah-lah, dan bila kalian ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kalian meminta pertolongan. (An-Nahl : 53)
Maka wajib atas semua pihak untuk mensyukuri berbagai kenikmatan tersebut dan hati-hati jangan sampai mengkufurinya. Allah berfirman ketika menyebutkan kenikmatan-kenikmatan-Nya kepada para hamba-Nya :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kalian bersyukur. (An-Nahl : 78)
Maka syukur kepada Allah atas segala kenikmatan-Nya baik secara global maupun rinci merupakan pengikat kenikmatan tersebut dan cara agar kenikmatan tersebut langgeng, sekaligus sebagai sebab bertambahnya kenikmatannya tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb kalian memaklumkan; “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim : 7)
Allah juga berfirman :
بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِين
“Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu beribadah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Az-Zumar : 66)
Allah juga berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُون
Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku. (Al-Baqarah : 152)
Allah Ta’ala juga berfirman :
اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Bekerjalah Wahai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur. (Saba’ 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewasiatkan kepada shahabatnya Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu untuk berdo’a dengan doa berikut pada penghujung shalat (sebelum salam) :
اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
Ya Allah tolonglah aku untuk bisa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu. (HR An-Nasa`i dan Abu Dawud)
Dengan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan-Nya dan menggunakan kenikmatan tersebut dalam hal-hal yang Dia ridhai maka semua urusan yang menjadi baik dan kejelekan akan terminimalisir.
Sesungguhnya di antara seindah-indah perhiasan yang para nabi dan rasul Allah berhias dengannya, demikian juga para pengikut mereka, adalah kemampuan mereka untuk mensyukuri nikmat dan mereka memohon kepada-Nya taufiq untuk bisa bersyukur. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi-Nya Sulaiman ‘alahish shalatu was salam :
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Ya Rabbi berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai; serta masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih”. (An-Naml : 19)
Allah juga berfirman memuji Nabi-Na Nuh ‘alahish shalatu was salam
إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا
Sesungguhnya dia adalah hamba yang sangat bersyukur. (Al-Isra` 3)
Di antara tanda-tanda syukur nikmat adalah menggunakan kenikmatan tersebut untuk ketaatan kepada Allah, dan tidak menjadikannya sebagai sarana untuk berbuat kemaksiatan kepada-Nya. Demikian juga tanda syukur adalah menyebut-nyebut kenikmatan tersebut dalam konteks pengakuan akan nikmat tersebut dan pujian kepada Allah, bukan dalam rangka menyombongkan atau membanggakan diri di hadapan orang yang tidak mendapatkan kenikmatan tersebut, bukan pula karena riya dan sum’ah.
Sebaliknya, kufur nikmat dan tidak mau mensyukurinya merupakan bentuk pengingkaran terhadap Allah, menentang keutamaan Dzat Pemberi nikmat, dan merupakan salah satu dari sebab-sebab hilangnya kenikmatan tersebut. Sekaligus itu merupakan kezhaliman terhadap diri sendiri yang pantas dikenakan padanya hukuman yang paling jelek. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا * وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams : 9-10)
Yakni mengotorinya dengan perbuatan-perbuatan maksiat. Dengan ketaqwaan kepada Allah dan ketaatan terhadap-Nya dalam bentuk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya akan menghasilkan berbagai kebaikan dan tertolaklah segala kejelekan dan keburukan, di samping kekalnya nikmat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A’raf : 96)
Allah juga berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِم
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Di antara hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dia menguji hamba-hamba-Nya. Terkadang Allah menguji mereka dengan kebaikan dan terkadang pula Allah uji mereka dengan kejelekan. Adapun orang-orang yang beriman, maka itu semakin menambah keimanan mereka, kebergantungan mereka kepada Allah, dan berlindungnya mereka kepada-Nya. Mereka bersabar atas taqdir Allah dan ketentuan-Nya, sehingga dengan demikian semakin dilipatgandakan pahala mereka. Di sisi lain semakin menambah rasa takut mereka dari akibat buruk dosa-dosa, sehingga mereka pun berhenti dari melakukannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ *
Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali) . Mereka itulah orang-orang yang mendapat shalawat dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(Al-Baqarah : 155-157)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk jannah, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sampai-sampai berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah : 214)
Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk jannah, padahal belum nyata bagi Allah mana orang-orang yang berjihad di antara kalian dan mana orang-orang yang sabar. (Ali ‘Imran : 142)
Allah berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ *
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-‘Ankabut : 2-3)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِين
Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-‘Ankabut : 11)
Allah berfirman :
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (Al-Anbiya` : 35)
Pada ayat-ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa pasti Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya, sebagaimana telah Allah lakukan kepada umat-umat sebelumnya. Apabila mereka bersabar atas berbagai cobaan tersebut, mau bertaubat dan kembali kepada Allah ketika menghadapi berbagai musibah, maka ketika itu Allah berikan kepada mereka pahala, keridhaan-Nya dan ampunan-Nya, serta menjadikannya tinggal di Jannah-Nya dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik dari apa yang telah hilang dari mereka.
Segala yang terjadi di alam ini, yang menggoncangkan jiwa dan badan, seperti petir, anggin kencang, hal-hal yang menghancurkan tanaman dan keturunan, gempa bumi yang menyebabkan runtuhnya bangunan-bangunan tinggi, pohon-pohon besar, yang menyebabkan korban jiwa, kerugian harta, gunung meletus yang terjadi di beberapa tempat sehingga menyebabkan hancur dan binasanya segala yang ada di sekitarnya, demikian juga kejadian gerhana Matahari dan gerhana Bulan, serta berbagai musibah lainnya, itu semua merupakan peringatan dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya agar jangan terus berada dalam penyimpangan, di samping ajakan untuk kembali kepada-Nya. Di samping itu merupakan ujian sejauh mana kesabaran mereka dalam menghadapi ketentuan dan taqdir Allah. Ketahuilah sesungguhnya adzab di akhirat jauh lebih besar, dan perintah Allah jauh lebih agung.
Ketika kaum Quraisy mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah memberitakan kepada Nabi-Nya bahwa Dia telah membinasakan umat-umat yang mendustakan para nabi dan rasul sebelum beliau dalam firman-Nya :
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ
Berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang lebih besar kekuatannya daripada mereka. Kaum yang telah dibinasakan itu pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)? (Qaf : 36)
Kemudian pada ayat berikutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qaf : 37)
Maka wajib atas kaum mukminin semuanya untuk takut kepada Allah dan senantiasa merasa diawasi oleh-Nya dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Apabila terjadi musibah menimpa mereka, maka hendaknya mereka segera bertaubat kepada Allah dan rujuk kepada-Nya. Diiringi dengan koreksi diri sendiri, mencari sebab-sebab terjadinya (bencana/musibah). Karena Allah berfirman :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِير
dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian). (Asy-Syura : 30)
Wajib atas kaum muslimin untuk bertaubat kepada Allah atas apa yang telah mereka lakukan, yaitu kurang dalam ketaatan dan berbuat berbagai kemaksiatan. Karena taubat itu merupakan salah satu sebab terangkatnya musibah. Di samping mereka wajib bersabar dan mengharap pahala dari musibah yang telah menimpa mereka. Allah berfirman :
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ *
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali). Mereka itulah orang-orang yang mendapat shalawat dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(Al-Baqarah : 155-157)
Allah berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali terjadi dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(At-Taghabun :11)
Makna ayat tersebut, bahwa barangsiapa yang ditimpa musibah dia menyadari bahwa itu merupakan ketentuan dan taqdir Allah ‘Azza wa Jalla, sehingga ia pun bersabar, mengharap pahala, dan tunduk terhadap ketentuan Allah, dia menyadari bahwa apa yang ditaqdirkan menimpa dirinya maka dia tidak akan bisa terhindar darinya, dan apa yang ditaqdirkan tidak menimpa dirinya maka itu tidak akan menimpanya, dan ia beriman bahwa Allah pasti akan mengganti untuknya apa yang telah hilang darinya di dunia, maka orang seperti ini akan Allah beri hidayah keyakinan dan kejujuran pada hatinya. Terkadang Allah akan ganti apa yang telah hilang darinya atau Allah beri yang lebih baik darinya.
Allah berfirman :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ * لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya jangan jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Al-Hadid : 22-23)
Sesungguhnya kenyataan yang ada pada kaum muslimin pada hari ini, menunjukkan bahwa mereka sangat kurang dalam menunaikan hak Allah dan melaksanakan kewajiban mentaati Allah dan bertaqwa kepada-Nya.
Orang yang merenungkan akan bisa mendengar dan melihat betapa banyak bencana yang menimpa suatu umat atau masyarakat, terkadang musibah dalam bentuk kematian, angin topan, gempa bumi, kelaparan, atau terkadang dalam bentuk pertempuran yang tak kunjung selesai, yang menelan seluruh yang basah atau pun yang kering. Sebagaimana Allah jelaskan dalam kitab-Nya yang mulia beberapa jenis bencana dan adzab yang Allah turunkan terhadap para penentang dan orang-orang yang menyimpang dari jalan yang lurus dari kalangan umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul, agar manusia tersadar dan waspada dari perbuatan seperti mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُون
Masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al-‘Ankabut : 40)
Sesungguhkan kemaksiatan dan dosa itu memiliki pengaruh jelek yang berbahaya bagi hati, badan, dan masyarakat, serta menyebabkan datangnya kemurkaan Allah dan hukuman-Nya di dunia maupun di akhirat, yang tidak diketahui rinciannya kecuali oleh Allah sendiri. Kemaksiatan dan dosa tersebut menimbulkan sejumlah kerusakan di muka bumi, baik di laut maupun udara, baik terhadap buah-buahan maupun pemukiman.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum : 41)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (Al-A’raf : 130)
Sesungguhnya berbagai bencana yang terjadi ini merupakan nasehat dan pelajaran. Orang yang berbahagia adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari yang lainnya. Kesimpulannya, sesungguhnya berbagai kejelekan dan adzab yang menimpa para hamba di dunia maupun di akhrat sebabnya adalah dosa dan kemaksiatan. Di antara tanda keras dan tertutupnya hati – kita berlindung kepada Allah darinya – adalah ketika manusia mendengar berbagai peringatan dari ayat-ayat (Al-Qur`an) dan peringatan dari berbagai pelajaran dan nasehat – yang dengannya gunung pun akan menjadi khusyu’ kalau seandainya gunung tersebut berakal – namun ternyata mereka malah terus di atas penyimpangan dan kemaksiatannya, terlena dengan tidak segera datangnya adzab dari Rabb mereka, terus mengikuti hawa nafsu dan memperturutkan syahwatnya, tidak takut dan terhadap ancaman, tidak peduli terhadap peringatan.
Allah berfirman :
وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ * يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ *
kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya namun dia tetap menyombongkan diri seakan-akan tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (Al-Jatsiyyah : 7-8)
Demikian pula, terus menerus di atas kemaksiatan padahal telah terjadi berbagai bencana dan adzab menunjukkan akan kelemahan iman atau bahkan ketiadaan iman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ * وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti atas mereka keputusan Raabmu, maka mereka tidak akan akan beriman. Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka benar-benar menyaksikan sendiri azab yang pedih. (Yunus : 96-97)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan keberadaan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (Yunus : 101)
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ * كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ * ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ * ثُمَّ يُقَالُ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari Rabb mereka. Kemudian, Sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka): “Inilah azab yang dahulu selalu kalian dustakan”. . (Al-Muthaffifin : 14)
Wahai saudara-saudaraku di Jalan Allah.
Beberapa hari lalu telah terjadi peristiwa besar, di dalamnya terdapat nasehat dan pelajaran bagi barangsiapa yang mau mengambil pelajaran. Termasuk kewajiban kaum mukminin adalah mereka mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi. Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang berakal (Al-Hasyr : 2)
Akibat peristiwa tersebut banyaknya korban jiwa dan harta, hilangnya barang-barang yang dimiliki, hancurnya rumah-rumah, banyak korban luka-luka, hilang anggota keluarga, hilang harta mereka, tempat tinggal mereka, anak-anak mereka, dan istri-istri mereka. Banyak wanita menjadi janda, banyak anak menjadi yatim, itu semua terjadi hanya dalam tempo yang sangat singkat. Menunjukkan akan keagungan dan kekuasan Allah. Sedangkan hamba/manusia, seberapapun kuatnya mereka di muka bumi ini memiliki kekuasaan, kekuatan, dan kebesaran namun mereka adalah lemah di hadapan Kekuasaan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Maka wajib atas segenap kaum muslimin untuk : mengambil pelajaran dari bencana yang terjadi, bertaubat dan rujuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menjauhi sebab-sebab kemurkaan Allah dan sebab-sebab datangnya bencana Dan wajib pula kita mendoakan korban yang telah tewas agar mendapat ampunan dan rahmat, serta mendoakan yang masih hidup agar mereka diberi ketenangan dan kesabaran yang baik. Dan semoga Allah menjadi musibah ini sebagai penghapus dosa-dosa mereka, mengangkat derajat mereka, dan menyadarkan hati yang lalai baik kita maupun mereka.
Sebagaimana mana wajib pula atas kita untuk berbela sungkawa dalam bentuk memberikan bantuan kepada mereka dan menampakkan belas kasih terhadap mereka dalam bentuk memberikan apa yang bisa bermanfaat buat mereka dari harta kita sebagai sumbangan dan shadaqah untuk mereka, dengan harapan bisa menutupi kesusahan mereka dan meringankan beban penderitaan yang mereka alami. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk diri kalian sendiri niscaya kalian akan memperoleh balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (Al-Muzzammil : 20)
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِين
Dan barang apa saja yang kalian infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (Saba’ : 39)
وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al-Baqarah : 195)
Rasulullan shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب يوم القيامة، ومن يسر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة، ومن ستر مسلما ستره الله في الدنيا والآخرة، والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه »
Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan seorang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba selama sang hamba tersebut menolong saudaranya. HR. Muslim 4867
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته »
Barangsiapa yang yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. HR. Al-Bukhari 2262, Muslim 4677.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا وشبك بين أصابعه »
Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti sebuah bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Kemudian Rasulullah menyilangkan jari-jemarinya. HR. Al-Bukhari 459.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
« مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى »
Perumpamaan kaum mukminin dalam kasih sayang, sikap rahmah, dan sikap lembut antar mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh mengeluh kesakitan, maka seluruh badannya akan tidak bisa tidak dan merasakan sakit. HR. Al-Bukhari 5552, Muslim 4685.
Wajib atas kita untuk berlomba mengulurkan bantuan terhadap saudara-saudara kita dan mengerahkan apa yang kita mampu. Agar terwujud makna ukhuwwah islamiyyah yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits-hadits shahih, dan agar kita memperoleh pahala besar yang Allah janjikan untuk orang-orang yang berinfak dan para dermawan.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada kaum muslimin secara umum dan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah secara khusus agar bisa bersabar dan mengharap pahala. Semoga Allah melipatgandakan pahala untuk kita dan mereka. Semoga Allah menurukan kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah ketenangan, ketentraman, dan kesabaran yang baik, dan memberikan nikmat kepada semua berupa taubat nashuha, istiqamah di atas kebenaran, dan waspad dari sebab-sebab yang mendatangkan kemurkaan dan hukuman-Nya. Sesunggunya Allah pemilik itu semua dan mampu mewujudkannya.
(diterjemahkan dengan sedikit perubahan oleh Abu ‘Amr Ahmad, dari nasehat Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah yang beliau sampaikan terkait bencana yang terjadi di Yaman pada tahun 1402 H / 1982 M)
http://bimbinganislami.wordpress.com/2009/10/20/renungan-dan-nasehat-dari-gempa-yang-menimpa/#more-126